TEMPO.CO, Jakarta - Berita yang mendapat perhatian pembaca hingga pagi ini, yaitu PDIP masih pikir-pikir koalisi dengan Partai NasDem. Kemudian, polemik antara Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan anak Gus Dur Yenny Wahid. Berikut ringkasannya:
1. PDIP Buka Peluang Koalisi dengan 5 Partai Ini, Dengan NasDem Masih Pikir-pikir
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membuka peluang berkoalisi dengan lima partai di Pemilihan Presiden 2024, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut lima partai tersebut memiliki kedekatan historis dan basis pemilih dengan partai banteng.
"Dengan PAN misalnya karena kan basisnya Muhammadiyah, kemudian dengan PKB, PPP, Golkar, Gerindra," ujar Hasto di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Kamis, 23 Juni 2022.
Sementara saat ditanya peluang bekerjasama dengan Partai NasDem, Hasto enggan menjawab lugas.
"Kami kan dengan NasDem bekerjasama sejak 2014 mendukung pemerintahan Pak Jokowi. Kalau untuk 2024 kan masing-masing punya strategi. Nanti tiga sampai empat bulan sebelum pencapresan baru dikerucutkan (mitra koalisi)," tuturnya.
Ia hanya memastikan PDIP tidak akan berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Kalau dengan PKS, tidak," ujar Hasto.
Selain dengan PKS, Hasto juga mengaku partainya sulit bekerjasama dengan Partai Demokrat.
"Koalisi itu kan harus melihat emotional bonding pemilih PDIP, wong cilik tidak suka segala bentuk kamuflase politik, mereka ingin yang bicara dengan bahasa rakyat. Kalau saya pribadi, sebagai Sekjen, memang tidak mudah untuk bekerjasama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukkan itu," ujar Hasto.
Megawati dan Surya Paloh Saling Sindir
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh baru-baru ini saling sindir soal partai sombong.
Awalnya sindiran partai sombong dilontarkan Surya Paloh di acara penutupan Rakernas Partai NasDem yang digelar di JCC Senayan, Jakarta pada Jumat, 18 Juni 2022. Surya menyindir, saat ini ada partai yang merasa hebat dan ingin menang sendiri.
Surya tidak secara gamblang menyampaikan kepada siapa sindiran tersebut dialamatkan. Namun dia memberi sinyal partai itu berbeda dengan NasDem yang tidak memenuhi syarat presidential threshold sehingga membutuhkan mitra koalisi untuk mengusung capres. Di Pilpres 2024, hanya PDIP yang memiliki modal politik presidential threshold 20 persen untuk mengusung calon presiden sendiri tanpa harus berkoalisi.
"Kami tahu diri karena masih punya banyak kelemahan, kami masih kurang persyaratan, tapi kami berikhtiar. Kami menjaga komunikasi kepada seluruh komponen masyarakat secara lebih bijak, secara lebih luwes. Jadi buang itu praktik kesombongan, merasa hebat sendiri, merasa paling mantap sendiri, itu bukan NasDem. Ada urusan apa?," ujar Surya.
Surya lantas meminta para kader NasDem tidak meniru gaya berpolitik yang sombong tersebut. "Apa yang mau kita tiru dari semangat berpikir seperti itu, dengan modal kesombongan seakan-akan yang paling benar, paling kuat, paling berkuasa. Tidak ada itu artinya bagi NasDem," tuturnya.
Dalam Rakernas PDIP, Megawati membalas sindiran soal partai sombong itu. "Ada yang mengatakan, ada sebuah partai sombong sekali. Lah piye kok dibilang sombong kenapa?," ujar Megawati di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa, 21 Juni 2022.
Presiden RI kelima tersebut mengaku bingung disebut partai sombong karena dirinya merasa tidak pernah menjelekkan partai lain. "Saya tidak pernah menjelekkan partai mana pun, tidak pernah menjelekkan ketua apa pun. Saya berjalan sendiri membentuk partai saya yang saya hormati dan sayangi, yang bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," tutur Megawati.
Meski saling sindir, kedua pihak sama-sama menyuarakan agar tidak ada lagi yang saling membuat pernyataan memicu permusuhan. "Jangan, jangan, negeri, negeri ini harus dibangun bersatu," tutur Megawati.
2. Polemik Cak Imin vs Yenny Wahid
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyindir Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid karena gagal mengurus partai. Cak Imin juga menyebut Yenny bukan bagian dari partai yang dipimpinnya saat ini.
“Yeni itu bukan PKB, bikin partai sendiri aja gagal lolos, beberapa kali pemilu nyerang PKB gak ngaruh,” ujarnya melalui akun Twitter @cakimiNOW, Kamis, 23 Juni 2022.
Cak Imin mengatakan tren PKB terus naik dalam mendulang suara setiap pemilu. Maka dari itu, Yenny diimbau tidak ikut campur mengatur PKB.
“Hidupin aja partemu yang gagal itu, PKB sudah aman nyaman kok,” ujar Cak Imin.
Hal ini dilatar belakangi dari pemberitaan yang menyebut Yenny bukan kader PKB yang dipimpin Cak Imin. Yenny menyebut dirinya PKB Gus Dur dan meminta para politikus tidak memaksakan diri maju Pilpres 2024 yang elektabilitasnya tidak terlalu baik.
Yenny juga membalas ucapan Cak Imin melalui akun Twitternya @yennywahid. Dia menanggapinya dengan tertawa dan mengimbau agar Cak Imin tidak usah tersinggung.
Dia membenarkan bahwa dirinya bukan dari PKB yang dikomandoi oleh Cak Imin. Yenny bahkan menyebut Cak Imin hanya bisa merebut partai yang bukan miliknya.
“Cak Imin juga belum tentu lho bisa bikin partai sendiri, kan bisanya mengambil partai punya orang lain,” katanya.
Sebagaimana diketahui, Yenny Wahid pernah membentuk Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI). Namun pada 2011, partai tersebut berganti nama menjadi Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN).
Baca: Cak Imin Sebut Yenny Wahid Gagal Urus Partai, Kader Gus Dur Bilang Begini
Adblock test (Why?)
Nasional Populer: PDIP Pikir-pikir Koalisi dengan NasDem, Polemik Cak Imin vs Yenny - Nasional Tempo
Read More