Rechercher dans ce blog

Monday, December 6, 2021

[POPULER SAINS] Cuaca Ekstrem di Bali | Tak Ada Kematian karena Omicron - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Senin (6/12/2021) pagi media sosial dihebohkan dengan video keributan penumpang di sebuah pesawat udara tujuan Jakarta-Bali yang gagal mendarat dan harus putar balik ke Jakarta.

Dalam video berbeda, pesawat yang ditumpangi dokter Richard Lee juga mengalami kendala. Sepanjang penerbangan, penumpang pesawat berteriak dan menangis.
Richard bahkan mengatakan penerbangan tersebut adalah yang paling mengerikan dengan 4 kali periode seolah pesawat mau jatuh seperti roller coaster.

Selain kegemparan tentang pesawat yang cancel dan gagal mendarat, di Bali sejumlah warganet mengunggah video adanya banjir hingga angin kencang.

Cuaca ekstrem yang terjadi di Bali ini menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com sepanjang Senin (6/12/2021) hingga Selasa (7/12/2021).

Apa saja berita populer lainnya? Berikut rangkumannya:

Berdasarkan keterangan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kondisi cuaca umum harian di wilayah Bali saat ini memang berpotensi terjadi hujan intensitas ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah provinsi tersebut pada siang hingga malam hari.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo SP mengatakan, suhu udara di Bali berkisar antara 22-31 derajat Celsius, dengan kelembapan udara berkisar antara 70-97 persen.

"Angin umumnya bertiup dari arah barat Daya-Barat dengan kecepatan berkisar antara 6-32 km per jam," jelasnya.

Sementara itu, gelombang laut di Perairan Utara Bali berkisar antara 0.5-2 meter, di Perairan Selatan bali berkisar antara 1,0-3,5 meter, di Selat Bali antara 0.5-3 meter dan di Selat Lombok berkisar antara 0.75- 3 meter.

Dengan kondisi itu, Agus mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuara ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat atau petir.

Selengkapnya baca di sini:

Video Viral Pesawat Gagal Mendarat di Bali Putar Balik ke Jakarta akibat Cuaca Ekstrem

Tak ada kematian karena varian Omicron yang dilaporkan

Hingga Minggu (5/12/2021), varian Omicron telah diidentifikasi di 40 negara dan tidak ada kematian yang dilaporkan karena Omicron. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jumlah ini akan terus bertambah.

WHO telah mengatakan, perlu waktu beberapa minggu untuk lebih memahami varian Omicron.

Ini termasuk mengetahui seberapa menular Omicron, apakah menyebabkan penyakit lebih parah, dan seberapa efektif vaksin untuk melawannya.

Salah satu yang ditemukan peneliti Afrika Selatan belum lama ini, varian Omicron tiga kali lebih mungkin menginfeksi ulang penyintas Covid-19 dibanding varian Delta dan Beta.

Kendati demikian, ada temuan lain yang melegakan. Pada Jumat (3/12/2021), WHO mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada kematian yang dilaporkan terkait varian Omicron.

Selengkapnya baca di sini:

WHO: Varian Omicron di 40 Negara, Tak Ada Kematian yang Dilaporkan

Mahasiswi berinisial NWR (23) ditemukan meninggal dunia, yang diduga bunuh diri akibat stres dan depresi. Saat korban hidup, NWR sudah dua kali dipaksa aborsi oleh kekasihnya, seorang anggota Polres Pasuruan, Bripda RB.

Guru besar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan kepakaran di bidang kajian gender, Melani Budianta menegaskan bahwa pemaksaan aborsi adalah kekerasan seksual.

"Memaksa aborsi adalah kekerasan seksual. Perempuan punya hak penuh atas tubuhnya. Saya tidak mengikuti kasus NWR, tapi itu prinsip umumnya," kata Melani kepada Kompas.com Kompas.com, Senin (6/12/2021).

Saat dihubungi terpisah, Aktivis Perempuan sekaligus Konsultan Isu Gender, Tunggal Pawestri mengatakan, dalam 15 bentuk kekerasan seksual yang dibentuk oleh Komnas Perempuan, pemaksaan aborsi adalah salah satu bentuk kekerasan seksual.

Selengkapnya baca di sini:

Kasus Bunuh Diri Mahasiswi NWR, Ahli Tegaskan Pemaksaan Aborsi Termasuk Kekerasan Seksual

Apa jadinya jika tak ada atmosfer di Bumi?

Seperti yang diketahui, atmosfer adalah lapisan pelindung gas yang menyelimuti Bumi.

Atmosfer terdiri dari beberapa gas, di antaranya adalah nitrogen, oksigen, argon, hidrogen, helium, dan gas mulia lain.

Ada banyak sekali manfaat atmosfer bagi kehidupan di Bumi. Salah satunya adalah sebagai lapisan sekat yang melindungi makhluk hidup dari radiasi Matahari dan radiasi kosmik lain yang berbahaya.

Dilansir dari Science ABC, jika atmosfer menghilang, tidak ada manusia dan mungkin tidak ada kehidupan.

Masalah ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingatkan manusia sepenuhnya bergantung pada oksigen yang ada di atmosfer.

Selengkapnya baca di sini:

Apa yang Terjadi Jika Tidak Ada Atmosfer di Bumi?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


[POPULER SAINS] Cuaca Ekstrem di Bali | Tak Ada Kematian karena Omicron - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

POPULER HARI INI: Ramalan Zodiak 4 Juli hingga Spoiler Drakor Alchemy of Souls - Pikiran Rakyat Bekasi - Pikiran Rakyat Bekasi

PR BEKASI - Berikut ini beberapa berita populer yang dirangkum untuk pembaca setia Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Senin, 4 Juli 2022. Te...