Rechercher dans ce blog

Tuesday, October 12, 2021

[POPULER SAINS] Pandangan Sosiolog Soal Baim Wong Tegur Kakek | Kapan Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia? - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Sejak Minggu (10/10/2021), jagat maya ramai membahas soal Baim Wong yang menegur kakek-kakek. Berkaitan dengan hal ini, sosiolog menilai bahwa sikap yang dilakukan Baim bener ning ora pener, atau bahasa Indonesianya benar, tetapi tidak tepat.

Bahasan soal Baim Wong dari kacamata sosiolog menjadi salah satu berita populer di kanal Sains sepanjang Selasa (12/10/2021).

Berita populer lainnya adalah perkiraan IDI tentang kapan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia, kemudian soal preeklamsia yang berbahaya bagi ibu hamil dan janin.

Tak ketinggalan bunga bangkai yang tumbuh di Cipete Selatan, yang menurut ahli itu bukan tanaman langka.

Berikut rangkuman berita populer Sains sepanjang Selasa (12/10/2021) hingga Rabu (13/10/2021) pagi.

Soal Baim Wong

Siti Zunariyah yang merupakan dosen sosiologi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menilai, sikap Baim Wong ini mirip istilah dalam bahasa Jawa bener ning ora pener atau benar tetapi tidak tepat.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Ada dua hal yang dilihat Siti dari kasus Baim Wong ini.

"Kalau saya, sebagai yang belajar tindakan sosial, sebenarnya yang dilakukan oleh Baim Wong bisa dinilai dalam dua sudut pandang," kata Siti kepada Kompas.com, Selasa (12/10/2021).

Pertama, jika Baim Wong mengatasnamakan tindakannya sebagai sebuah pembelajaran kepada kakek agar bekerja dan tidak malas, Siti melihat, secara rasional hal tersebut masuk akal.

"Artinya, tujuannya baik," ungkap dia.
Namun persoalannya, kata Siti, kita hidup di lingkungan atau budaya yang tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Nah, tindakan yang diambil Baim untuk menyampaikan tujuan tersebut dinilainya tidak tepat. Inilah poin kedua yang dilihat Siti.

Selengkapnya baca di sini:

Viral Baim Wong Tegur Kakek, Sosiolog: Bener Ning Ora Pener

Kapan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia?

Angka kasus pandemi Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun. Tetapi, para ahli mengingatkan agar seluruh elemen masyarakat masih harus mewaspadai kemungkinan terjadinya gelombang ketiga.

Namun, kapan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia ini terjadi?

Menjawab persoalan itu, Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Mahesa Paranadipa Maikel MH mengatakan bahwa belum ada prediksi pasti, tetapi kita bisa belajar dari kejadian-kejadian peningkatan kasus Covid-19 sebelum-sebelumnya.

"Jadi kami sampaikan ini bukan prediksi IDI, tapi kami menggunakan beberapa prediksi yang disampaikan oleh pakar-pakar yaitu, prediksi gelombang ketiga itu di akhir tahun (2021) ya," kata Mahesa dalam Media Briefing bersama Tim Mitigasi IDI: Strategi Kesiapan Gelombang Ketiga, Selasa (12/10/2021).

Selengkapnya baca di sini:

Kapan Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia Terjadi? Ini Kata IDI

Bahaya preeklamsia

Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas, serta mortalitas ibu dan janin, yang menyumbang 76.000 kematian ibu di dunia setiap tahunnya.

Bahkan, 500.000 kematian janin di dunia setiap tahunnya juga diakibatkan oleh preeklamsia yang dialami ibu saat masa kehamilan.

Untuk di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data keseluruhan secara lengkap tentang preeklamsia yang berimplikasi pada kematian ibu dan janin.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda, dr Aditya Kusuma mengatakan, dari hasil riset di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup menunjukkan bahwa preeklamsia ini prevalensinya juga mengkhawatirkan di tanah air.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka kematian ibu akibat hipertensi mencapai 32 persen, dan akibat pendarahan mencapai 20 persen.

Selengkapnya baca di sini:

Tingkatkan Prevalensi Kematian Ibu dan Janin, Mengapa Preeklamsia Berbahaya?

Tanaman yang diduga jenis bunga bangkai ditemukan tumbuh di pekarangan rumah warga di Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan.

Terkait hal tersebut, Peneliti Araceae dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Bogor Dra. Yuzammi, M.Sc mengatakan, bahwa tanaman tersebut memang benar adalah salah satu anggota dari bunga bangkai, yaitu Amorphophallus paeoniifolius atau dikenal dengan nama lokal suweg.

“Jenis ini bisa ditemukan tumbuh di mana-mana, di seluruh Indonesia. Karena memang tidak termasuk tanaman langka,” ujar Yuzammi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/10/2021).

Ia menyebutkan, jumlah jenis bunga bangkai (Amorphophallus) di Indonesia saat ini ada sekitar 26 jenis, sementara di dunia ada sekitar 220-an jenis.

Karena bukan termasuk tanaman langka, menurutnya temuan bunga bangkai tersebut tak perlu dilaporkan ke Kebun Raya.

Cukup dibiarkan tumbuh alami, selama warga sekitar tak terganggu dengan baunya.

Meski demikian, Yuzammi mengatakan, sebenarnya bunga bangkai tak selalu mengeluarkan bau. Umumnya, bau bangkai yang dikeluarkan oleh bunga tersebut mengisyaratkan bahwa bunga betina telah matang dan siap untuk dibuahi.

Selengkapnya baca di sini:

Bunga Bangkai Tumbuh di Cipete Selatan, Ahli: Itu Tidak Termasuk Tanaman Langka

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


[POPULER SAINS] Pandangan Sosiolog Soal Baim Wong Tegur Kakek | Kapan Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia? - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

POPULER HARI INI: Ramalan Zodiak 4 Juli hingga Spoiler Drakor Alchemy of Souls - Pikiran Rakyat Bekasi - Pikiran Rakyat Bekasi

PR BEKASI - Berikut ini beberapa berita populer yang dirangkum untuk pembaca setia Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Senin, 4 Juli 2022. Te...