KOMPAS.com - Sejak Senin (24/8/2021), pembahasan tentang Covid-22 ramai dibahas. Ini bermula dari kata ahli imunologi yang menyebut bahwa akan ada vaksin Covid-22, varian Covid-19 yang lebih menular dari Delta.
Terkait Covid-22 ini, pakar kesehatan di AS mengatakan bahwa ada misinformasi varian virus corona. Apa maksud pakar tersebut menjadi salah satu berita populer Sains pada 24-25 Agustus ini.
Selain itu, BMKG mengeluarkan peringatan dini adanya potensi gelombang sangat tinggi hingga 6 meter di sejumlah wilayah Indonesia sampai tiga hari ke depan.
Untuk pertama kalinya, peneliti merekam seekor kura-kura raksasa yang memangsa anak burung. Perilaku hewan ini juga menjadi topik populer lainnya. Tak ketinggalan, prediksi para ahli jika suhu Bumi naik 5 derajat Celsius.
Baca juga: [POPULER SAINS] Fakta Badai Sitokin yang Dialami Deddy Corbuzier | WHO Tegur Indonesia
Ini rangkumannya:
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Dilansir dari Forbes, Senin (24/8/2021), Bruce Y. Lee yang seorang Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) menjelaskan bahwa istilah Covid-22 muncul dari apa yang disampaikan oleh Sai Reddy, PhD, seorang profesor imunologi di ETH Zurich, Swiss.
Dalam pemberitaan di The Sun, Reddy memperingatkan bahwa varian baru yang bisa menimbulkan risiko besar kemungkinan akan muncul di tahun 2022.
"Covid-22 bisa lebih buruk dari yang kita saksikan sekarang," kata Reddy dalam laporan The Sun.
Di artikel tersebut, Reddy menggunakan istilah Covid-21 untuk merujuk pada varian Delta. Menurut Lee, penggunaan istilah Covid-21 yang merujuk pada Delta adalah keliru. Dia memberikan tiga alasan.
Selengkapnya baca di sini:
Apa Itu Covid-22, Lebih Ganas dari Delta? Ini Kata Pakar Kesehatan
2. Potensi gelombang sangat tinggi hingga 6 meter
Masyarakat yang akan beraktivitas di sejumlah wilayah perairan Indonesia perlu mewaspadai adanya potensi gelombang tinggi yang bisa mencapai 6 meter dalam 3 hari ke depan.
Peringatan dini potensi gelombang tinggi ini dikeluarkan BMKG dan berlaku pada tanggal 24-26 Agustus 2021. Disebutkan bahwa potensi gelombang sangat tinggi capai 6 meter ini berpeluang terjadi karena adanya pola angin dan kecepatan angin.
Berdasarkan pantauan BMKG, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Tenggara - Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5 - 20 knot.
Sedangkan, di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Timur - Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5 - 25 knot.
Sementara, kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan selatan Banten, Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan Jawa, Laut Banda, dan Laut Arafuru bagian timur.
Kondisi-kondisi ini mengakibatkan peningkatan gelombang setinggi 1.25 hingga 6.0 meter berpeluang terjadi di sejumlah wilayah. Selengkapnya baca di sini:
Waspada Potensi Gelombang Sangat Tinggi hingga 6 Meter 3 Hari ke Depan
3. Pertama kalinya, kura-kura mangsa anak burung
Untuk pertama kalinya peneliti memfilmkan seekor kura-kura raksasa (Aldabrachelys gigantea) yang memangsa anak burung. Kejadian ini mengagetkan peneliti karena sebelumnya mereka belum pernah melihat kura-kura yang berburu mangsa.
"Saya tak percaya apa yang saya lihat. Itu mengerikan sekaligus menakjubkan di saat yang bersamaan," ungkap Justin Gerlach, ahli biologi dari University of Cambridge, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (24/8/2021).
Dokumentasi itu sendiri diambil di Pulau Frégate di kepulauan Seychelles.
Video kemudian menunjukkan seekor kura-kura raksasa betina perlahan-lahan mendekati anak burung noddy tern (Anous tenuirostris) yang tidak bisa terbang. Hingga akhirnya berhasil mendapatkan buruannya itu.
Selengkapnya baca di sini:
Pertama Kali, Kura-kura Tertangkap Kamera Memangsa Burung
4. Apa yang terjadi jika suhu Bumi naik 2 derajat Celsius?
Laporan penting para ilmuwan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang terbit awal bulan ini disebut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sebagai sebagai kode merah untuk kemanusiaan atau code red for humanity.
Dilansir dari Reuters, (9/8/2021), gelombang panas mematikan, angin topan raksasa, dan cuaca ekstrem lain yang sudah terjadi diperkirakan akan menjadi lebih parah.
Gangguan iklim ini diyakini akan terus berlangsung selama beberapa dekade atau mungkin beberapa abad.
Laporan IPCC itu menegaskan, dunia perlu mengambil langkah tegas, segera, dan skala besar untuk mengurangi emisi. Hal ini harus dilakukan agar suhu rata-rata global tidak melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celsius dalam waktu 20 tahun.
Dilansir dari laman resmi NASA, dampak yang akan kita rasakan saat suhu global naik bervariasi dan tergantung pada banyak faktor seperti kecepatan, durasi, besarnya pemanasan, lokasi geografis, dan tentang bagaimana manusia merespons melalui opsi adaptasi dan mitigasi.
Suhu meningkat pada kecepatan yang berbeda di satu lokasi dan lainnya, dengan pemanasan umumnya lebih tinggi di wilayah daratan daripada lautan.
Berikut risiko terkait iklim yang dirasakan jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celsius dan 2 derajat Celsius.
5 Dampak Perubahan Iklim jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celsius
[POPULER SAINS] Apa Itu Covid-22? | yang Terjadi Jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celsius - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment