Rechercher dans ce blog

Wednesday, April 28, 2021

[POPULER SAINS] Bumi Super Baru Mengorbit Katai Merah | Kekahawatiran Epidemiolog Varian Covid-19 India Masuk Indonesia - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan di Instituto de Astrofísica de Canarias (IAC), Pulau Canary, Spanyol, menemukan Bumi Super (Super-Earth) baru.

Ini adalah salah satu berita terpopuler Sains Kompas.com edisi Rabu, 28 April 2021.

Berita populer lainnya, masuknya varian Covid-19 yang mirip ada di India ke Indonesia rupanya membuat ahli penyakit menular khawatir.

Kendati angka Covid-19 belum menurun di Indonesia, rupanya ini tidak menyurutkan niat pendukung sepak bola untuk berkerumun sampai polisi harus turun tangan. Alasan kenapa banyak orang Indonesia tak takut tertular virus corona pun menjadi berita populer lainnya.

Berita populer terakhir, sial cara NASA mengubah udara di Mars menjadi oksigen yang bisa bermanfaat untuk astronot di Mars nantinya.

Baca juga: [POPULER SAINS] 2 Gempa Guncang Selatan Jawa, Yogyakarta dan Sukabumi | Fakta Bulan Purnama Pink

Berikut ulasan berita populer Sains selengkapnya.

1. Bumi super (Super-earth) baru ditemukan, mengorbit katai merah

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan di Instituto de Astrofísica de Canarias (IAC), Pulau Canary, Spanyol, menemukan Bumi Super (Super-Earth) baru.

Dilansir dari Science Daily, Selasa (27/4/2021), dalam beberapa tahun terakhir telah ada penelitian mendalam tentang bintang katai merah untuk menemukan exoplanet yang mengorbit di sekitar bintang tersebut.

Peneliti mengatakan bahwa bintang-bintang katai ini memiliki suhu permukaan antara 2.400 derajat K dan 3.700 derajat K, atau lebih dari 2.000 derajat lebih dingin dari Matahari.

Massa bintang katai tersebut antara 0,08 hingga 0,45 massa Matahari.

Dalam konteks ini, para ilmuwan yang dipimpin oleh Borja Toledo Padron, seorang mahasiswa doktoral Severo Ochoa-La Caixa di Instituto de Astrofísica de Canarias (IAC), telah menemukan super-Earth atau Bumi Super yang mengorbit bintang katai merah, GJ 740, yang berada sekitar 36 tahun cahaya dari Bumi.

Baca temuan menarik ini di sini:

Ilmuwan Temukan Bumi Super Baru Mengorbit Bintang Katai Merah

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) membawa kayu untuk menyiapkan tiang pemakaman untuk korban penyakit virus corona (COVID-19) selama kremasi massal di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4/2021).ANTARA FOTO/REUTERS/ADNAN ABIDI Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) membawa kayu untuk menyiapkan tiang pemakaman untuk korban penyakit virus corona (COVID-19) selama kremasi massal di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4/2021).

Seorang ahli penyakit menular mengkhawatirkan kemampuan Indonesia dalam upaya penelusuran kontak terkait penyebaran varian baru Covid-19 India yang sudah masuk ke Indonesia.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan hal itu menanggapi terungkapnya ada 10 orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang diketahui positif terpapar varian baru virus tersebut.

"Kita sudah lemah dari awal [dalam pelacakan kasus]," kata Dicky Budiman kepada BBC News Indonesia, Selasa (27/04).

Dicky mengkhawatirkan kemampuan pemerintah Indonesia untuk melacak kapan, di mana dan bagaimana awal mula 10 orang tersebut terpapar, karena menurutnya sistem pelacakannya (contact tracing) "lemah sejak awal".

"Saking tidak jelasnya, dari mana (awal mula kasus) ini sudah tidak jelas," ujarnya. "Ini yang terjadi di Indonesia."

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa varian baru virus corona yang ada di India sudah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

"Virus itu sudah masuk juga di Indonesia, ada 10 orang yang sudah terkena virus," kata Budi Gunadi di Jakarta, Senin (26/04/2021).

Dia menjelaskan, dari 10 orang, enam di antaranya merupakan kasus impor atau berasal dari luar negeri.

Baca penjelasan selengkapnya di sini:

Varian Covid-19 India Masuk Indonesia, Kenapa Epidemiolog Khawatir?

Suporter Persija menyalakan flare saat merayakan kemenangan Persija Jakarta pada laga final Piala Menpora 2021 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (26/4/2021). Suporter Persija The Jakmania berkonvoi memadati Bundaran HI merayakan kemenangan Persija Jakarta menjadi juara Piala Menpora 2021 usai mengalahkan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo dengan agregrat 4-1. . ANTARA FOTO/Ahmad Tri Hawaari/foc Suporter Persija menyalakan flare saat merayakan kemenangan Persija Jakarta pada laga final Piala Menpora 2021 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (26/4/2021). Suporter Persija The Jakmania berkonvoi memadati Bundaran HI merayakan kemenangan Persija Jakarta menjadi juara Piala Menpora 2021 usai mengalahkan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo dengan agregrat 4-1. .

Keberhasilan Persija menjadi juara usai mengalahkan Persib Bandung di final turnamen pramusim Piala Menpora 2021, berbuntut munculnya kerumunan suporter Persija yang merayakan kemenangan tersebut pada Minggu malam (25/4/2021).

Seperti telah diberitakan Kompas.com, mayoritas suporter menggunakan sepeda motor sambil membunyikan klakson bersaut-sautan di sepanjang jalan MH. Thamrin.

Sebagian berjalan kaki membawa dan mengenakan atribut Persija seperti spanduk dan bendera. Sementara sebagian lainnya datang dengan menumpang truk.

Menurut Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, hal ini terjadi karena rendahnya persepsi risiko di masyarakat tentang keberadaan dan bahaya Covid-19.

Rendahnya persepsi risiko di masyarakat, dikatakan Windhu bisa disebabkan karena pengetahuan yang buruk tentang Covid-19. Salah satunya, karena informasi-informasi yang benar kalah bersaing dengan hoaks dan berbagai teori konspirasi yang ngawur.

Selain itu, kemungkinan juga karena pemerintah pusat dan daerah sudah banyak merelaksasi kebijakan aktifitas non esensial. Sehingga, masyarakat mengira keadaan pandemi Covid-19 sudah membaik.

“Awalnya masyarakat percaya tentang Covid-19 dan bahayanya, tapi karena kebijakan-kebijakan pemerintah yang paradoksal, masyarakat menganggap Covid-19 sudah tidak berbahaya, bahkan sudah tidak ada,” jelasnya pada Kompas.com, Rabu (28/4/2021).

Baca penjelasan selengkapnya di sini:

Kerumunan Pendukung Persija, Mengapa Banyak Orang Indonesia Tak Takut Tertular Covid-19?

MOXIE, alat ekstraksi oksigen NASA yang digunakan di planet Mars. Perangkat eksperimental ini dibawa Perseverance dalam misi ke Mars.NASA/JPL-Caltech/Handout via REUTERS MOXIE, alat ekstraksi oksigen NASA yang digunakan di planet Mars. Perangkat eksperimental ini dibawa Perseverance dalam misi ke Mars.

Pekan lalu, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) mengumumkan keberhasilannya mengekstraksi udara di Mars menjadi oksigen.

Kemajuan ini tentu akan membantu para astronot di masa depan untuk mengeksplorasi planet merah.

Diberitakan sebelumnya, wahana penjelajah - atau yang biasa disebut rover - milik NASA mengekstraksi karbon dioksida dari atmosfer Mars.

Setelah itu, secara elektrokimia rover memisahkan atom oksigen dari molekul karbon dioksida tersebut. Untuk diketahui, atmosfer Mars mengandung sekitar 95 persen karbon dioksida. Sisanya adalah nitrogen dan argon.

Dilansir NPR, Kamis (22/4/2021), rover Perseverance menggunakan instrumen yang dinamai "Moxie".

Moxie adalah kependekan dari Mars Oxygen In-Situ Resource Utilization Experiment atau Eksperimen pemanfaatan sumber daya dalam situasi asli oksigen Mars.

Setelah rover Perseverance mengumpulkan udara dari atmosfer Mars, Moxie memanaskan karbon dioksida (dari udara Mars) untuk memisahkan kandungannya secara kimiawi.

Baca selengkapnya di sini:

NASA Sukses Ubah Udara di Mars Jadi Oksigen, Begini Cara Membuatnya

Let's block ads! (Why?)


[POPULER SAINS] Bumi Super Baru Mengorbit Katai Merah | Kekahawatiran Epidemiolog Varian Covid-19 India Masuk Indonesia - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

POPULER HARI INI: Ramalan Zodiak 4 Juli hingga Spoiler Drakor Alchemy of Souls - Pikiran Rakyat Bekasi - Pikiran Rakyat Bekasi

PR BEKASI - Berikut ini beberapa berita populer yang dirangkum untuk pembaca setia Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Senin, 4 Juli 2022. Te...